I.
LATAR
BELAKANG
Sejarah membuktikan
bahwa kehancuran sebuah bangsa seringkali ditandai oleh runtuhnya watak,
pekerti, karakter, dan mentalitas masyarakat bangsa tersebut. Oleh karena itu,
bangsa dengan karakter kuat hanya akan terwujud jika individu-individu di dalam
bangsa itu adalah manusia yang berbudaya, berwatak, dan berperilaku baik. Dalam
konteks ini, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu wahana
penanaman pendidikan watak dan pekerti bangsa bagi generasi muda, khususnya para
peserta didik, di sekolah. Pembelajaran
bahasa Indonesia akan menjadi salah satu wahana dalam menumbuhkan jati
diri bangsa kita yang beradab dan berbudi pekerti luhur. Pada sisi lain,
pengajaran bahasa sering dipisahkan dari pengajaran budaya, bahkan ada yang
menganggap bahwa bahasa tidak ada hubungannya dengan budaya. Memang diakui
bahwa budaya penting untuk dipahami oleh pembelajar bahasa, tetapi
pengajarannya sering terpisah dari pengajaran bahasa. Joan Kelly Hall (2002)
menyebutkan bahwa ancangan kemampuan komunikatif (communicative competence),
misalnya, memang mempertimbangkan aspek budaya dalam pembelajaran bahasa dengan
lebih menekankan pada penggunaan bahasa, tetapi dalam pelaksanaannya bahasa
masih dianggap sebagai satu sistem homogen yang terpisah dari interaksi penutur
dalam kehidupan sehari-hari.Pembelajaran budaya suatu masyarakat hendaknya
mengutamakan unsur-unsur bahasa yang digunakan dalam masyarakat tersebut.
Budaya dan bahasa merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Untuk belajar suatu
budaya sekelompok masyarakat, seseorang harus menguasai bahasa sekelompok
masyarakat tersebut. Abdul Chaer mengatakan bahwa bahasa itu bersifat unik dan
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya, maka
analisis suatu bahasa hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat
digunakan untuk menganalisis bahasa lain.Hal ini menegaskan kita pada hubungan
antara bahasa, kebudayaan, dan karakter pemiliknya yaitu bahwa kunci bagi
pengertian yang mendalam atassuatu kebudayaan adalah melalui bahasanya. Untuk
menjaga eksistensi kebudayaan diperlukan kuatnya karakter para pemiliknya.
Semua yang dibicarakan dalam suatu bahasa, terkecuali ilmu pengetahuan yang
kita anggap universal adalah tentang hal-hal yang ada dalam kebudayaan bahasa itu.
Pelaksanaan seminar lokal ini memiliki nilai yang strategis di tengah
meredupnya karakter berbudaya dan berbangsa saat ini. Semoga melalui seminar lokal ini tercetuskan
ide-ide untuk memperkuat kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia agar
dapat sebagai wahana penanaman nilai karakter dan budaya berbangsa.
II.
TUJUAN
1. Menggali identitas
yang tercermin dalam bahasa, sastra, dan budaya Indonesia dalam rangka
pendidikan budaya dan karakter berbangsa.
2. Meningkatkan
kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk menghadapi era global
dalam rangka pendidikan budaya dan karakter
berbangsa.
3. Merekonstruksi
kembali peran pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam membangun dan membentuk karakter berbangsa.
4. Merevitalisasi peran
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam mewujudkanmasyarakat yang berbhineka tunggal ika.
5. Menumbuhkembangkan
sikap positif masyarakat terhadap bahasa
dan sastra lokal sebagai bagian budaya
dalam rangka pendidikan budaya dan karakter berbangsa.
http://unnes.ac.id/wp-content/uploads/Leaflet-Seminar-Nasional-BSI.pdf